KOTA Magelang Jawa Tengah yang hampir tak terdapat ladang apel seperti di Malang Jawa Timur, ternyata memiliki apel yang istimewa. Ya, apel-apel yang sarat makna dan keindahan itu dicipta perupa ternama, Deddy Paw. Pelukis kelahiran Magelang 18 Oktober 1963 itu memang identik dengan Apel, baik dalam bentuk ‘rupa’ maupun ‘kriya’.
Deddy Paw yang alumnus Fakultas Seni Rupa Institut Kesenian Jakarta ini, sudah melukis tema ‘apel enigmatis’ sejak 2003 silam. Perupa yang pernah berprofesi sebagai wartawan dan terakhir menjabat sebagai redaktur seni di sebuah koran nasional yang terbit di Jakarta ini, memang sudah ‘jatuh hati’ dengan apel.
Penggunaan istilah enigmatis oleh Deddy dipakai berdasarkan pertimbangan sifat ungkapan karya yang bersifat simbolik, mengundang Tanya, misteri, atau teka-teki sekitar buah apel dalam konteks persoalan eksistensial manusia.
Makna simbolik Apel menurut Deddy adalah sarat pesan-pesan kebaikan yang terdapat pada citra apel dalam konteks kemanusiaan secara universal, diantaranya cinta, hasrat, kenikmatan, perdamaian, harapan. Namun, kata Deddy, ada pula aspek-aspek keburukan dan godaaan di balik potensi keindahannya.
“Setelah mendalami dan melakukan riset dari berbagai sumber, saya menemukan banyak hal menarik tentang buah apel. Di balik keindahan bentuk dan rasanya yang enak, secara historis, mitologis, klinis, terminologis dan aspek naratif lainnya, ternyata apel mengandung miteri, teka-teki, dan mengundang Tanya,” ungkap Deddy.
Dalam khazanah religi, apel menjadi buah yang banyak bersentuhan dengan manusia bahkan dewa ‘yang disucikan’ oleh penganut lintas agama dan kepercayaan di dunia.
“Apel dalam karya saya tak lagi sebagai apel (buah, red), tetapi ia bisa sebagai simbolisasi dari manusia atau makhluq hidup, bangsa, Negara, perinsip, ajaran, idealism, harapan, cita-cita, dan sebagainya, tergantuk konteks yang akan dibicarakan,” jelas Deddy. (rud)
Redaktur: Syarifudin