YOGYAKARTA – Masyarakat Advokasi Warisan Budaya (MADYA) mengajak dan memfasilitasi warga kota Yogyakarta untuk mengenal lebih dekat Istana Gedung Agung Yogyakarta melalui kegiatan Jelajah Warisan Budaya, Jumat (22/11/2013) kemarin. Kegiatan Jelajah Warisan Budaya Ini merupakan bagian dari misi MADYA untuk memberikan penyadaran kepada publik.
“Jadi tidak hanya advokasi kebijakan, sebagaimana selama ini MADYA identik dengan hal tersebut,” tulis coordinator Madya, Jhohannes Marbun, dalam pers release yang diterima jogjakartanews.com, Sabtu (23/11/2013), pagi.
Menurut Marbun, salah satu tujuan jelajah budaya adalah untuk mengenalkan model pariwisata edukatif alternatif kepada warga masyarakat secara terbuka sebagai sarana pembelajaran bagi masyarakat.
Kegiatan Jelajah Warisan Budaya telah dilakukan oleh MADYA sejak tahun 2012. Diantaranya dengan melakukan beberapa kunjungan secara resmi ke museum-museum baik swasta maupun museum pemerintah yang ada di wilayah DIY. Diantaranya Museum Ullen Sentalu, Museum Vreedeburg, Museum Sonobudoyo unit 1 dan 2, Museum Bahari, Museum Kereta, Museum Kraton, dan Museum Biologi UGM.
“Selain diajak untuk menjelajahi potensi warisan budaya yang ada, para peserta juga dimintai respon dan masukannya terkait pengalaman penjelajahan termasuk memberikan evaluasi terhadap objek yang dikunjungi. Diharapkan masukan dari peserta tersebut bermanfaat bagi optimalisasi pengelolaan objek yang dikunjungi dan juga dapat dimanfaatkan sebagai masukan kebijakan pelestarian warisan budaya ke arah yang lebih baik,”ungkapnya.
Jelajah Warisan Budaya di Gedung Agung kemarin dimulai pada pukul 08.30 wib dengan melakukan briefing di depan gerbang luar. Selanjutnya, peserta masuk ke dalam lingkungan istana melalui pemeriksaan pos pengamanan. Setelah itu berfoto bersama di serambi depan istana, dan mendapatkan penjelasan tentang fungsi istana dalam acara kenegaraan maupun tamu-tamu negara.
Penjelajahan selanjutnya ke Museum Istana Yogyakarta yang dahulunya digunakan sebagai pusat berkumpulnya para seniman-seniman Malioboro atau lebih dikenal dengan nama bagunan Senisono. Museum Istana Yogyakarta berisi lukisan perjuangan kemerdekaan dan pasca perjuangan kemerdekaan, yang pada umumnya merupakan koleksi-koleksi seni Bung Karno. Beberapa lukisan karya seniman besar seperti Raden Saleh, Basuki Abdullah, Affandi, Henk Ngantung mantan Gubernur DKI, Sindudarsono Sudjojono, di pajang di museum tersebut.
Jelajah dilanjutkan ke ruang bagian belakang istana, ruang makan presiden dan para tamu, lalu diakhiri di ruang pertunjukan kesenian yang biasanya digunakan untuk menjamu tamu-tamu negara. Setelah itu para peserta mengevaluasi kegiatan jelajah dan pembagian doorprize. Tepat pukul 11.00 wib, acara berakhir.
“Hal yang sangat membanggakan dari kegiatan Jelajah Warisan Budaya Istana Gedung Yogyakarta ini adalah minat dari masyarakat yang sangat besar,” ungkapnya.
Dikatakan Marbun, awalnya kegiatan ini hanya diperuntukkan bagi 35 orang peserta. Namun, baru sehari pendaftaran dibuka, pendaftar sudah memenuhi kuota. Akhirnya diputuskan untuk menambah kuota menjadi 75 orang setelah dikonsultasikan ke pihak istana.
“Ternyata, kami juga kewalahan karena peserta yang berminat sampai diatas 100 orang. Respon yang baik dari masyarakat ini mengisyaratkan bahwa masyarakat Indonesia rindu akan sejarah yang dialami negara ini. Kegiatan ini sekaligus menjadi refleksi bagi kita semua akan pentingnnya penghargaan terhadap peristiwa sejarah. Seperti yang dikatakan oleh Cicero, History vitae Magistra, Sejarah adalah guru kehidupan,” tutupnya. (ynr)
Redaktur: Hartanto