PURWOKERTO – Meski aktivitas vulkanologi meningkat, Gunung Slamet masih berstatus siaga level III. Aktivitas yang menonjol Gunung Slamet pada Kamis (11/9) siang. Suara dentuman keras terdengar dari puncak Gunung hingga mengagetkan warga di wilayah Kabupaten Banyumas dan Jawa Tengah bagian barat danselatan.
“Sebenarnya sudah, sejak semalam (10/09/2014) sudah sering terdengar dentuman, tapi siang tadi yang cukup keras, ada sedikit getaran terasa, tapi tidak sampai terjadi hujan abu,” ungkap Syarif (36) warga Karangwangkal, Purwokerto Barat, Banyumas, Jawa Tengah kepada jogjakartanews.com.
Meski aktivitas Gunung Slamet terasa meningkat, namun warga Purwokerto masih tenang.
Hal senada juga diungkapkan Mahmudin (31), Warga Desa Kebumen, Baturaden, Banyumas yang berada di kaki Gunung Slamet. Menurutnya aktivitas dentuman hingga petang tadi masih terasa. Letupan dari puncak gunuung tertinggi ke dua di Pulau Jawa Itu dibarengi getaran yang membuat kaca rumah bergetar. Namun, kata dia, warga masih bertahan dan belum memutuskan untuk mengungsi.
“Selama belum ada pengumuman resmi dari pemerintah, kami masih bertahan. Semoga gunung Slamet kembali normal, agar warga lebih tenang,” harapnya.
Sementara di wilayah Kabupaten Purbalingga, tepatnya di kawasan hutan di Dusun Bambangan, Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, terbakar akibat lontaran lava pijar Gunung Slamet sekitar pukul 12.00 WIB.
Namun demikian, Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Purbalingga Priyo Satmoko mengatakan, kejadian tersebut tidak menimbulkan korban.
“Tapi Kawasan hutan tersebut berada sekitar 1,5 kilometer dari puncak Gunung Slamet, jadi jauh dari pemukiman warga,” ungkapnya.
Dia menghimbau warga tetap tenang dan menjalankan aktivitas seperti biasa. Namun demikian, Pemkab Purbalingga telah menyiapkan banyak hal untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk.
Sementara Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Surono saat dikonfirmasi wartawan membenarkan jika aktivitas Gunung Slamet yang meliputi Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Pemalang, Tegal, dan Brebes, Jawa Tengah, cenderung meningkat, Kamis (11/09/2014).
Gunung Slamet melontarkan lava pijar 137 kali selama 12 jam sejak Rabu pukul 18.00, 10 September 2014, hingga Kamis pukul 06.00, 11 September 2014. Ketinggian lava mencapai 700 meter dari puncak kawah. Sebelumnya, ketinggian lontaran lava Gunung Slamet maksimal hanya sekitar 500 meter.
Namun Menurut Surono, saat ini status Gunung Slamet belum ditingkatkan, dan masih siaga atau level III. Kawasan Rawan Bencana (KRB) dalam radius 4 kilometer dari puncak Gunung Slamet.
“Masyarakat yang berada di luar radius 4 kilometer untuk tetap tenang walau sering terdengar bunyi dentuman serta lontaran material dari Gunung Slamet,” imbaunya.
Di sisi lain, warga sempat dibuat resah dengan beredarnya foto-foto hoax (tidak benar) yang beredar. Dalam foto tersebut digambarkan awan panas gunung slamet sudah mulai turun ke kaki gunung. Bahkan ada yang menginformasikan foto tersebut bersumber dari SAR.
Namun Koordinator SAR Bakorwil III, Rudi Setiawan membantah kabar tersebut. Menurutnya kontur Gunung Slamet terlihat landai dan lebar, sedangkan bentuk gunung dalam foto-foto yang tersebar di masyarakat itu terlihat runcing dan sangat mirip dengan Gunung Sinabung.
“Foto-foto yang beredar Itu bukan foto Gunung Slamet, jadi warga diharap jangan terprofokasi dan tetap tenang,” tukasnya.
Status Gunung Slamet sebelumnya dinaikan statusnya menjadi siaga Level III Sejak Kamis 1 Mei 2014 lalu, dan hingga saat ini belum dinaikkan. (bom/kontributor)
Redaktur: Tarnowo