BANTUL – Nama air terjun seribu batu di Dusun Cengkehan, Giriloyo, Wukirsari, Imogiri, Bantul, Yogyakarta, belum setenar lokasi wisata lainnya di Kabupaten Bantul. Selama ini wisatawan lebih banyak yang mengenal Giriloyo sebagai makam tokoh legenda mataram atau sentra kerajinan batik.
Air terjun yang berketinggian seitar 6 meter ini terletak Dusun Cengkehan , Giriloyo, Wukirsari, Imogiri berada didekat makam Giriloyo yang hanya berjarak sekitar 1 km. Karena letaknya di Dusun Cengkehan, air terjun ini juga dikenal dengan nama air terjun Cengkehan.
“Jaman dulu masyarakat sekitar juga menyebut air terjun ini dengan nama Tulumbhung. Nama itu berasal dari kata watu telu disambung-sambung atau tiga batu yang disambung-sambung,” kata Seno (35) warga Giriloyo yang memandu jogjakartanews.com saat berkunjung, belum lama ini.
Di kawasan air terjun memang terlihat satu batu yang nampak seperti disusun tiga di atas puncak bukit diantara ribuan batu-batu yang mengikuti aliran sungai.
Menurut Seno, air terjun seribu batu merupakan bagian aliran sungai yang berhulu di pegunungan mabul dan berhilir di sungai Oyo dan selanjutnnya mengalir ke Parang Wedang.
“Air terjun ini dipercaya memiliki khasiat berupa membuat awet muda dan mempererat hubungan suami isteri,” katanya.
Untuk mengunjungi air terjun, wisatawan cukup mengeluarkan sedikit biaya. Tiket masuk hanya sebesar Rp 1.000, untuk parkir kendaraan roda dua Cuma Rp 1000, sedangkan untuk roda empat sekitar Rp 2.000, tapi lokasinya di bawah tempat parkir sepeda motor atau sepeda angin. Lokasi memang cukup sulit dilalui kendaraan roda 4.
Wisatawan kemudian harus berjalan kaki sekitar 15 menit dari tempat penitipan kendaraan di bawah bukit. Dalam perjalanan wisatawan harus ekstra hati hati, karena kondisi jalan berupa batu- batu curam dan agak licin yang cukup memberikan tantangan tersendiri.
Kawasan air terjun terlihat masih alami, bebatuan cadas yang membentang diantara air terjun menciptakan pemandangan yang menakjubkan, di tambah dengan kawasan yang masih banyak ditumbuhi pepohonan yang menegaskan suasana alaminya. Dari kawasan air terjun, wisatawan juga bisa melihat pemandangan pegunungan dan perkampungan. Aliran air sungai yang jernih menggoda wisatawan untuk membasuh muka atau bahkan berenang.
“Tempat ini sangat cocok bagi pecinta ecotourism. Susasnanya ayang asri juga sangat bagus untuk diabadikan dalam foto,” ujar salah seorang wisatawan asal Cilacap, Jawa Tengah, Estri (20).
Sayangnya wisatawan tidak bisa berlama-lama di kawasan air terjun, apalagi melaksanakan kegiatan camping atau out bond. Sebab, kawasan wisata hanya buka mulai Pukul 09.00 WIB hingga pukul 15.00 WIB karena jarak dari tempat parkir yang cukup jauh dan suasana yang sangat gelap jika sudah menjelang malam.
“Belum ada penerangan yang memadai sepanjang jalan menuju tempat ini, jadi jangan sampai kemalaman,” kata Seno.
Keelokan alam yang menyuguhkan suasana syurgawi (tenang dan damai) di air terjun Giriloyo sayangnya belum dilengkapi dengan fasilitas yang membuat akses wisatawan lebih mudah. Jalan menuju lokasi masih sulit, belum ada jaringan listrik, tempat parkir masih terbatas dan dikelola warga setempat, serta belum ada fasilitas yang menunjang untuk kegiatan outbond, seperti penginapan atau hotel di sekitar lokasi. (ian/kontributor)
Redaktur: Rudi F