YOGYAKARTA – Penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi jenis premium dan solar pada awal tahun ini dinilai tidak akan megurangi tekanan inflasi. Diprediksi tingkat inflasi januari 2015 masih tinggi.
Menurut pengamat kebijakan publik dari komunitas peneliti muda, Youth Movement for Clean and Good Government (YMCG) Yogyakarta, Herman Wahyudi, meski pemerintah menurunkan harga BBM subsidi, namun tidak diikuti respons positif pasar .
“Harga-harga barang dan jasa tetap tinggi. Ini sangat bertolak belakang dengan tren apabila kebijakan penaikan harga BBM subsidi dilakukan dimana respons kenaikan harga barang dan jasa lainnya sangat cepat,” ungkapnya kepada jogjakartanews.com, Minggu (04/01/2014).
Penurunan harga BBM subsidi awal tahun ini, kata dia, tidak akan mampu mengkompensasi tingginya tekanan inflasi yang merupakan dampak lanjutan dari kenaikan harga BBM pada November 2014 lalu.
“Beda misalnya penurunan harga lebih rendah dari sebelum dinaikkan November 2014 lalu. Sehingga penurunan harga Rp 900,- nggak ngaruh (tidak berpengaruh) tekanan inflasi pada Januari 2015 diperkirakan masih akan relatif tinggi akibat dari kenaikan harga BBM sebelumnya. Inflasi Januari saya perkirakan masih di atas 0,5 persen,” imbuhnya.
Bahkan, menurutnya, tingkat inflasi Januari 2015 ini bisa lebih tinggi di atas 0,9 persen, jika nilai tukar rupiah tidak menguat.
Di sisi lain, berdasarkan hasil pemantauan yang dilakukan BPS DIY, pada Desember 2014 terjadi inflasi 1,76 persen, lebih dari inflasi nasional.
Menurut Kepala BPS DIY Bambang Kristianto, angka inflasi tersebut juga mengindikasikan adanya kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan Desember 2014. Dikatakan Bambang, IHK pada bulan Desember 2014 adalah 116,84, angka ini lebih tinggi dibandingkan IHK November 2014 114,82.
“Komoditas yang mengalami kenaikan harga sehingga memberikan andil terjadinya inflasi antara lain bensin naik 11,07 persen dengan memberikan andil 0,46 persen; beras naik 5,54 persen dengan andil 0,19 persen; cabai merah naik 33,19 persen dan angkutan udara naik 6,62 persen dengan masing-masing memberikan andil terhadap inflasi sebanyak 0,11 persen,” ungkapnya.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan laju inflasi pada Desember 2014 menembus 2,46 persen atau lebih tinggi dari November 2014 sebesar 1,5 persen.
Kenaikan inflasi itu mendorong tingkat inflasi tahunan kalender 8,36 persen Year on Year (YoY). Sementara itu, inflasi inti Desember 2014 sebesar 1,02 persen. Sedangkan inflasi inti dari tahun ke tahun sebesar 4,93 persen.
Kepala BPS, Suryamin menuturkan, tingkat inflasi ini lebih rendah dibanding 2013. Hal itu karena kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). (ian/kontributor)
Redaktur: Rudi F