Eksotis, Kampung Ini Jadi “Hidden Paradise”nya Sumenep

SUMENEP – Perkampungan memang selalu menarik untuk dikunjungi. Nuansa alam yang masih asri dan eksotis biasanya selalu berhasil membuat para perantau yang tinggal di kota-kota besar ataupun wisatawan merasa kangen terhadap suasana perkampungan. Maklum, suasana kampung memang menyajikan kenyamanan sekaligus keindahan yang tidak bisa ditemukan di tempat-tempat lain, apalagi di kota-kota besar. Tetapi, tentu tidak semua kampung nyaman di kunjungi meski pada dasarnya kampung itu sangat identik dengan kenyamanan dan nuansa alamnya yang indah.

Jika anda berkunjung ke Kabupaten Sumenep, Madura, cobalah untuk berkunjung ke subuah Desa di Kecamatan Gapura. Tepatnya di kampung yang dikenal dengan sebutan “Takerbuy” ataupun yang dalam ejaan Indonesianya disebut “Tapa Kerbau”. Untuk berkunjung ke tempat ini transportasinya tidaklah sulit. Dari terminal Trunojoyo carilah taksi colt yang menuju ke kecamatan Kalianget, hanya bermodal 5 ribu anda akan sampai di terminal Kalianget. Setelahnya, carilah becak, minta diantar ke pelabuhan gersik putih, hanya dengan bermodal 10 ribu anda akan sampai di Pelabuhan Gersik Putih. Sebenarnya ada cara yang lebih mudah, naik ojek, mereka pun pasti tahu dimana alamat pelabuhan Gersik Putih.

Setibanya disana, hembusan angin semilir khas pantai sudah pasti terasa. Wisatawan juga akan disugi pemandangan indah nan memanjakan mata. Terlihat hilir mudik transportasi air mulai dari yang ukuran besar hingga kecil, mulai dari transportasi niaga hingga transportasi “buntek” (perahu kecil, red) yang biasa digunakan untuk mentor, sebuah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut kegiatan mencari kepiting ataupun rajungan dengan sebuah perangkap khusus.

Di kanan kiri, tampak perahu-perahu bongkar muat yang tengah bersandar. Ibu-ibu, bapak-bapak, tua, muda tampak sibuk dengan aktifitasnya masing-masing. Ada yang sibuk jadi kuli bongkar muat, ada yang mincing di bibir dermaga, ada yang sebatas nongkrong dan ada juga yang hendak menyeberang. “Mau nyeberang juga mas?” Tanya seseorang kepada jogjakartanews.com. “iya, perahunya yang mana ya?” jawan jogjakartanews.com seraya bertanya kembali. “Itu mas, yang agak kecil, lagi naikin penumpang, bentar lagi berangkat kesini,” tunjuk orang itu yang ternyata merupakan orang Kalianget, Sura’e.

Saya pun mencoba agak mendekat kebibir dermaga meniti sebuah undakan kecil yang dibuat untuk sarana naik dan turunnya penumpang, warga sekitar menyebutnya “deg-kondeg”. Tidak terasa, perahu yang ditunggu akhirnya sampai juga. Saya pun mencoba untuk menaikinya. Memang harus hati-hati sebab perahunya cukup minimalis dan bagi penumpang yang belum terbiasa akan terasa tampak sangat dekat dengan air.

“Goyangan” ombak dan arus kecil mengiringi penyeberangan ke “Takerbuy”. Orang dari Kalianget lebih sering menyebutnya desa gersik putih ketimbang menyebut nama kampunya, “Takerbuy”. Setibanya disana, sungguh tidak rugi, Deg-kondeg yang mungil dan pemandangan kampungnya yang elok membuat siapa saja yang baru tiba langsung betah. Jogjakartanews.com mencoba mengambil posisi yang menarik untuk mendapatkan pemandangan yang indah.

Dari sisi sebelah “Deg-kondeg” pemandangan tampak begitu indah, menikmati pelabuhan dari sisi kampung ini ternyata lebih menarik, lebih-lebih melihat aktifitas penyeberangan dengan perahu minimalis tadi.

“Biasanya kalau orang dari jauh kesini langsung senang, soalnya semua yang dimiliki tempat wisata ada disini,” Tutur salah seorang warga saat berbincang dengan jogjakartanews.com. “Mau mancing di darat atau ke tengah laut bisa, mau belajar budidaya ikan ataupun garam bisa, asal pas musimnya kalau garam. Mau main perahu dayung bisa, mau sekedar melihat pemandangan malam melihat gemerlap pelabuhan bisa, mau lihat matahari terbit maupun terbenam bisa, semuanya lah disini,” kata warga yang memperkenalkan namanya sebagai Zaeni itu.

“Seandainya digarap, potensi wisata disini tidak bakal kalah dari tempat-tempat wisata alam yang lain. Kalau anak-anak mahasiswa yang pernah berkunjung kesini bilang, disini tu katanya “hidden paradise”nya sumenep, atau apalah katanya saya tidak mengerti bahasa inggris begitu,” lanjut Zaeni seraya tertawa. Apa yang diucapkan Zaeni memang tampak benar, kampung ini memang menyimpan sejuta potensi wisata yang bila digarap akan mendatangkan keuntungan bagi warga sekitar.

“Disini juga kalau mau kulineran makanan laut ada kepiting, udang, kerang dan berbagai jenis ikan laut lainnya,” timpalnya. (Ian)

Redaktur: Yudi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com