Marzuki Alie: Alergi Istilah Pribumi, Salah Besar

YOGYAKARTA– Mantan Ketua DPR RI (2009-2014), Marzuki Alie  mengatakan, anggapan bahwa tidak ada boemipoetra atau pribumi Indonesia, adalah anggapan yang tidak benar. Menurutnya, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), boemipoetra adalah anak asli atau penduduk asli, namun saat ini, keberadaan pribumi diplesetkan.

Marzuki menyebut ada beberapa ahli mengatakan tidak ada pribumi Indonesia berdasarkan riset asal-usul genetikanya dan itu tidak sesuai dengan definisi yang selama ini sudah menjadi kesepakatan akademis,

“Kalau bicara asal-usul maka kita semua keturunan Nabi Adam as. Kalau katanya dari DNA campuran lantas  disebut tidak ada pribumi, maka logika para ahli itu tidak masuk (sebagaimana dalam definisi KBBI)” ujarnya dalam Seminar Pra Kongres Boemipoetra Nusantara Indonesia Bagian Barat di Hotel Santika Yogyakarta, Senin (23/04/2018).

Dijelaskan Marzuki, sejak jaman penjajahan Belanda, bangsa pribumi Indonesia dianggap sebagai inlander yang artinya strata paling inverior, di bawah golongan Timur Asing seperti pendatang Cina, India, dan bangsa Asia lainnya. Golongan Eropa, kata dia, menjadi yang paling superior.

Ia menandaskan, Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) saja mengakui hak-hak penduduk asli atau pribumi suatu negara,

“Deklarasi PBB ada yang menyatakan pengakuan hak-hak penduduk asli. PBB saja mengakui ada penduduk pribumi, kok kita menafikkan,” tukasnya.

Terkait mengapa perlu adanya gerakan kebangkitan Pribumi, Marzuki mnegaskan, karena pada kenyataannya saat ini memang pribumi Indonesia mengalami ketimpangan sosial,

“Kehidupan sosial dari sebagaian masyarakat asli pribumi justru terpuruk. Namun banyak orang alergi dengan istilah pribumi, ini salah besar,” tukas mantan Politisi Partai Demokrat ini.

Dalam kesempatan tersebut Marzuki mendesak pemerintah  agar lebih memperjuangkan pribumi ketimbang warga asing, karena faktanya sebagian besar mayoritas pribumi termarginalkan,

“Pemerintah harus memperjuangkan mayoritas yang termarginalkan, harus ini. Tidak boleh dengan alasan stabilitas nasional dan sebagainya, justeru mengabaikan pribumi.  Jangan mengurusi pendatang malah pribumi tidak diurusi,” pungkasnya.

Sekadar informasi, Selain Marzuki Alie hadir sebagai pembicara dalam seminar pra Kongres Boemi Poetra, antara lain Prof. Dr. Kaelan yang memaparkan status boemipoetra menurut paradigma ideologi pancasila. Kamudian, Prof. Dr. Maswadi Rauf, MA yang akan berbicara status boemipoetra Indonesia pra invasi Belanda dan pasca invasi hingga era reformasi.

Selain itu hadir juga  Prof. Dr. Sobar Sutisna yang berbicara status sospol boemipoetra menurut paradigma penguasaan geografis NKRI. Selanjutnya Dr. M. Dahrin La Ode, M.Si yang memaparkan  mengenai status Boemipoetra menurut paradigma politik NKRI.

Tak hanya itu, Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Prof. D. Yusril Ihza Mahendra SH., M.Sc juga hadir dan berbicara tenatang status boemipoetra menurut hukum tata negara Indonesia. Dr. Ichsanuddin Noorsy BSc, SH, M.Si akan memaparkan status boemipoetra menurut pembangunan ekonomi nasional. Sementara Jenderal TNI (Purn) Djoko Santoso yang sedianya akan berbicara status boemipoetra nusantara menurut pertahanan dan keamanan NKRI, berhalangan hadir. (rd)

Redaktur: Ja’faruddin. AS

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com