Oleh: Drs. Mustari, H.Hum.*
(Bagian-3 Dari Yogya Untuk Dunia: Berguru Tunjuk Ajar Melayu)**
Meluahkan perasaan dengan gaya bahasa puitis adalah milik orang Melayu, di mana pun mereka berada. Ini adalah warisan nenek moyang mereka. Budaya sudah mewariskannya, tinggal mengasah ketrampilan tiap individu. Mengapa orang Melayu sangat senang ungkapan puitis? Jawaban ada di sekerat pantun berikut:
Yang lurik itu kendi,// yang merah itu saga.//
Yang baik itu budi,// yang indah itu bahasa.//
Raja Ali Haji, sang pujangga dan Pahlawan Nasional Indonesia yang berasal dari Pulau Penyengat, terkenal dengan Gurindam 12-nya itu, juga mengabadikan dalam kuplet gurindam 12-nya pasal ke-5:
Jika hendak mengenal orang berbangsa,// lihat kepada budi dan bahasa.//
“Budi” dan “bahasa” adalah dua kata yang sangat penting maknanya bagi pergaulan orang Melayu. Bahkan, bangsa seseorang dapat dekesan (dikenali) dari “budi” dan “bahasanya”. Orang yang berbudi bahasa atau berakhlaq mulia akan tampak dari pilihan-pilihan katanya ketika berbahasa dan berinteraksi dengan masyarakat. Usman Awang mengatakan:
Melayu itu orang yang bijaksana// Nakalnya bersulam jenaka//
Budi bahasanya tidak terkira// Kurang ajarnya tetap santun.//
Berkelahi cara Melayu// Menikam dengan pantun// Menyanggah dengan senyum//
Marahnya dengan diam// Merendah bukan menyembah// Meninggi bukan melonjak.//
Bahkan, dalam mendefinisikan tunjuk ajarnya, orang Melayu memilih rangkain kata puitis yang meliuk-liuk nan memikat.
Yang disebut tunjuk ajar,// petuah membawa berkah,// amanah membawa tuah.//
Yang disebut tunjuk ajar,// tunjuk menjadi telaga budi,// ajar menjadi suluh hati.//
Yang disebut tunjuk ajar,// menunjuk kepada yang elok,// mengajar kepada yang benar.//
Yang disebut tunjuk ajar,// mencelikkan mata,// menyaringkan telinga,// membersihkan hati,// menyempurnakan budi,// membaikkan pekerti.//
Yang disebut tunjuk ajar Melayu,// menunjuk dengan ilmu,// mengajar dengan guru.//
Yang disebut tunjuk ajar Melayu,// menunjuk kepada yang perlu,// mengajar supaya tahu.//
Yang dikatakan tunjuk ajar dari yang tua,// petunjuknya berfaedah,// pengajarannya berguna.//
Yang dikatakan tunjuk ajar dari yang tua,// memberi manfaat bagi manusia.//
Yang disebut tunjuk ajar dari yang tua,// petunjuknya mengandung tuah,// pengajarannya berisi marwah,// petuahnya berisi berkah,// amanahnya berisi hikmah,// nasehatnya berisi manfaat,// pesannya berisi iman,// kajiannya mengandung budi,// contohnya pada yang senonoh,// teladannya di jalan Tuhan.//
Bagi orang Melayu, tunjuk ajar harus mengandung nilai-nilai luhur yang islami yang sesuai dengan budaya dan norma-norma sosial yang dianut oleh masyarakat. Orang tua-tua mengatakan:
Di dalam tunjuk ajar,// agama memancar.// Di dalam tunjuk ajar Melayu,// tersembunyi berbagai ilmu.//
Dalam ungkapan lain disebutkan:
Apakah isi tunjuk ajar,// syara’ dan sunnah, ilmu yang benar.//
Apakah isi tunjuk ajar,// segala petunjuk ke jalan yang benar.//
Apakah isi tunjuk ajar Melayu,// kepalanya syara’, tubuhnya ilmu.//
Apakah isi tunjuk ajar Melayu,// penyuci akal, penenang qalbu.//
Apakah isi tunjuk ajar Melayu,// pelindung aib, penjaga malu.//
Apakah isi tunjuk ajar Melayu,// sari aqidah, patinya ilmu,// mengekalkan tuah sejak dahulu.//
Dalam pantun disebutkan:
Buah keduduk menghujung dahan// tempat bersarang semut kerengga.//
Bertuah petunjuk mengandung iman// bertuah ajaran beradat lembaga.//
Banyak keduduk banyak bijinya// banyak belukar banyak kayunya//
Banyak petunjuk banyak isinya// banyak pengajar banyak ilmunya.//
Bertuah kayu karena buahnya// buah berisa menghujung dahan.//
Bertuah Melayu karena petuahnya// petuah berisi ilmu pilihan.//
Apakah isi periuk besar,// beras ditanak menjadi nasi.//
Apakah isi tunjuk dan ajar// isinya syara’ dan sunnah Nabi.//
Banyak periuk dijerang orang// periuk besar tudungnya hitam.//
Banyak petunjuk dikenang orang// tunjuk ajar mengandung alam.//
Apakah isi periuk besar,// isinya padi dan beras kunyit.//
Apakah isi tunjuk dan ajar,// isi mengandung bumi dan langit.//
Isi tunjuk ajar Melayu itu luas, seluas bumi dan langit, namun sumbernya dari tiga nilai utama: syari’ah Islam, budaya Melayu, dan norma-norma masyarakat. Ini menunjukkan bahwa orang Melayu itu adalah Muslim. Paling tidak, tunjuk ajar ini mulai disusun ketika Islam sudah menyebati dengan orang-orang Melayu. Persoalan ada sebagian kecil orang Melayu yang murtad saat ini, tidak berarti tunjuk ajar ini tidak bisa dijalankan oleh mereka karena masih ada budaya Melayu dan norma-norma masyarakat yang melekat pada diri mereka. Tidak hanya mereka, bahkan seluruh bangsa jika ingin bertuah, bisa dan boleh menjalankan tunjuk ajar Melayu. Ingin cukup ajar, amalkan tunjuk ajar.
*Drs. Mustari, H.Hum. Lahir dan besar di Berakit, Pulau Bintan, Dosen mata kuliah Filologi, Metodologi Penelitian Sastra, Bahasa Indonesia, dan Jurnalisitik di Jurusan BSA Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Artikel Bagian II bisa disimak pada https://jogjakartanews.com/baca/2020/06/14/6235/ingin-bertuah-jangan-menyalah
**(BERSAMBUNG)