Budaya  

Ini Serangkaian Upacara Adat Jawa Menyambut Kelahiran Bayi, Generasi Now Jarang yang Tahu

Jogjakartanews.com– Suku atau masyarakat Jawa memiliki kekayaan budaya, diantaranya yang mewujud dalam upacara-upacara adat. Dalam fase kehidupan manusia jawa, dari kelahiran hingga kematian ada upacara khusus yang dilakukan. Upacara-upacara itu diistilahkan sebagai upacara Daur Hidup.

Dalam menyambut kelahiran anak, misalnya. Ada berbagai upacara yang lazim dilaksanakan para leluhur Jawa. Di dalam masa kehamilan sendiri ada berbagai jenis upacara tradisi yang harus dilakukan. Namun kebanyakan generasi Jaman Now tidak mengetahui. Apa saja dan seperti apa upacara dalam menyambut kelahiran anak? Berikut jogjakartanews merangkum dari sumber literatur dari Kraton Jogja:

1. Upacara Ngabor-abori, Mitoni hingga Nyangani

Upacara upacara Ngabor-abori adalah sebuah peringatan atau Selamatan bulan pertama yang biasanya dilakukan dengan wujud membuat jenang sungsum.

Setelah itu berturut-turut di bulan berikutnya masih terdapat upacara tradisi lain seperti Ngloroni (dua bulanan), Neloni (tiga bulanan), Ngapati (empat bulanan), Nglimani (lima bulanan), Mitoni (tujuh bulanan), Ngwoloni (delapan bulanan), dan Nyangani (sembilan bulanan), dimana masing-masing upacara membutuhkan persiapan dan ubarampe (kelengkapan upacara) yang berbeda-beda.

Dari serangkaian upacara-upacara masa kehamilan, yang biasanya paling sacral adalah upacara Mitoni. Upacara Mitoni disebut juga tingkeban. Mitoni berasal dari kata pitu—tujuh—, dalam Bahasa Jawa. Tradisi Mitoni dijalankan untuk calon ibu pada kehamilan pertama saat janin memasuki usia tujuh bulan.

Masyarakat umum biasa melaksanakan Mitoni pada hari Rabu atau Sabtu tanggal ganjil berdasarkan penanggalan Jawa sebelum bulan purnama muncul. Sementara di lingkungan Keraton Yogyakarta, upacara Mitoni digelar pada hari Selasa atau Sabtu.

Secara garis besar, rangkaian Mitoni terdiri dari prosesi siraman, ganti busana, brojolan, dan slametan. Sebagian masyarakat masih melaksanakan upacara tersebut sesuai pakem, sedangkan sebagian lainnya menyederhanakan.

Filosofi Jawa menempatkan kehamilan sebagai tahap penting dalam daur hidup. Setiap prosesi dalam upacara Mitoni secara langsung maupun simbolik bertujuan memohon rahmat dan keselamatan bagi ibu serta calon bayi kepada Tuhan Yang Maha Esa. Juga pengharapan agar proses kelahiran berlangsung dengan lancar tanpa hambatan.

2. Upacara Mendhem Ari-Ari hingga Selapanan

Selanjutnya adalah masa persalinan. Upacara tradisi untuk menyongsong masa kelahiran bayi ini juga diselenggarakan ke dalam beberapa tahapan. Mulai dari Mendhem ari-ari, yaitu proses perawatan dan penguburan ari-ari bayi. Brokohan, yaitu selamatan yang dimaksudkan untuk mengungkapkan rasa syukur sekaligus pemberitahuan kepada sanak keluarga dan para tetangga bahwa bayi telah lahir dan selamat. Sepasaran, yaitu upacara untuk memperingati bahwa bayi yang lahir telah berusia 5 hari (sepasar). Puputan, yaitu selamatan saat tali pusar bayi sudah putus (usia antara 10 hari sampai dua minggu). Terakhir, Selapanan, yaitu selamatan saat usia bayi 35 hari.

Indonesia adalah negeri yang terkenal kaya akan budaya. Budaya yang bermacam-macam tersebut merupakan salah satu kekuatan yang juga sekaligus menjadi karakteristik bangsa Indonesia. Melestarikan warisan budaya  menjadi keniscayaan agar bangsa kita tidak kehilangan identitas sebagai bangsa yang berbudaya. (kt1)

Redaktur: Faisal

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com