Sultan : Keraton Kehilangan Sosok Penghageng Konsiliator

YOGYAKARTA – Usai dishalatkan di Masjid Notowijayan, tepat pukul 14.15 jenazah Gusti Joyo, sapaan GBPH Joyokusumo diberangkatkan ke pemakaman keluarga Keraton di pesarean Hastorenggo, Kota Gede Yogyakarta, menggunakan mobil jenazah. Turut mengiringi jenazah, keluarga Almarhum. Sementara Raja Keraton Ngayugyokarto Hadinigrat, Sri Sultan HB X didampingi Permaisuri GKR Hemas, tidak mengikuti upacara di pemakaman.

Sebelum pemberangkatan, Sultan yang hadir di rumah duka sekitar Pukul 13.30, tampak berduka. Mengenakan setelan safari serba Hitam, Sultan lebih banyak diam di depan Jenazah adiknya itu.

Saat pemberangkatan, Sultan sempat menyampaikan rasa bela sungkawanya. Sultan menuturkan, GBPH Joyokusumo adalah penghageng keraton yang memiliki jasa besar kepada keraton dan masyarakat DIY. GBPH Joyokusumo dikenal sebagai konsiliator, utusan dalem sebagai penghubung antara keraton dengan para ulama.

“Keraton kehilangan salah satu sosok penghageng Keraton,” tutur Sultanyang juga didampingi raja Kadipaten Pakualam sekaligus wakil Gubernur DIY, KGPAA Pakualam IX.

Sekilas tentang Gusti Joyo, sapaan akrab GBPH Joyokusumo yang dirangkum jogjakartanews.com diantaranya saat mudanya alumnus SMAN 1 Jogjakarta tersebut , aktif di sejumlah organisasi kepemudaan dan himpunan pengusaha. Antara lain, menjadi ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) DIY dan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) DIY.

Pangeran yang bernama kecil Bendoro Raden Mas (BRM) Sumiyandono tersebut, dikenal sangat aktif di dunia politik. Jabatan terakhir pria kelahiran Jogja, 27 Oktober 1955, itu adalah anggota DPR dari Fraksi Partai Golkar. Dia menjadi anggota DPR tiga periode: 1997-1999, 1999-2004, dan 2004-2009. Sebelum menjadi anggota parlemen di Senayan, pernah menjabat wakil ketua DPRD Kota Jogja 1987-1997. Di partai Golkar, suami dari BRAy Nuraida Joyokusumo itu pernah menjabat ketua bidang seni dan budaya DPP Partai Golkar (1998-2004). Gusti Joyo juga menjabat koordinator wilayah Golkar DIY-Jateng di periode yang sama.

Saat mencuatnya Rancangan Undang-Undang Keistimewaan (RUUK), suami dari BRAy Nuraida Joyokusumo tersebut kerap dijadikan jujukan untuk konsultasi. Ayah dua putrid dan satu putra itu juga kerap terlibat dalam forum-forum penghimpunan aspirasi keistimewaan mewakili keraton. (ynr)

Redaktur: Rudi F

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com