Membangun Kesadaran Membersihkan Sungai

Oleh: M. Wisnu Abdul Qodir*

Kondisi lingkungan sekarang sudah jauh berbeda dengan yang zaman dulu. Keadaan sekarang sudah sangat memprihatinkan. Di beberapa tempat sudah ada banyak sampah yang berserakan. Penyebab utama kumuhnya lingkungan rata-rata karena masih banyak orang yang membuang sampah sembarangan.

Salah satu kewajiban masyarakat terhadap lingkungan yaitu menjaga kebersihan. Karena kebersihan merupakan salah satu aspek terwujudnya kesehatan yang menjadi salah satu nikmat yang dianugrahkan Tuhan kepada semua manusia.

Seruan untuk menjaga kebersihan juga sudah di semarakkan di hampir semua tempat. Bahkan, hampir semua orang pernah mendengar atau melihat slogan yang bertuliskan “an-Nadhofatu minal iman,” yang artinya kebersihan itu sebagian daripada iman.

Seruan kebersihan ini sepertinya belum dipahami secara baik oleh sebagian masyarakat. pada kenyataannya tidak sedikit orang masih belum memahami akan hal ini. Seolah-olah seruan tersebut hanya sebuah pajangan dan pemanis belaka. Bisa dilihat, masih ada sebagian dari mereka yang masih membuang sampah sembarangan.

Sungai yang bersih mendatangkan berbagai manfaat bagi semuanya. Tidak hanya manusia saja, tetapi juga untuk kelangsungan ekosistem yang ada di dalamnya. Contoh kecilnya, jika sungai itu bersih dan terawat, maka akan banyak ikannya. Alhasil, warga sekitar bisa memanfaatkan keberadaan ikan tersebut sebagai mata pencarian sehari-hari. Paling tidak, bisa digunakan untuk tempat memancing.

Sebagai salah satu pendukung untuk tetap menjaga kebersihan sungai bisa dilakaukan dengan beberapa cara. Salah satu upaya yang bisa dilakuakan yaitu masyarakat mau atau selalu menumbuhkan kesadaran dan semangat dalam menjaga kebersihan sungai, khususnya yang rumah tinggalnya berada di sekitar sungai.

Konon, tradisi orang Jawa, kalau ingin membersihkan atau merawat sumber mata air lebih baik dilaksanakan pada hari sabtu agar sumber air mengalir deras dan bagus. Namun, Karena sekarang kebanyakan masyarakat orang yang tidak ada waktu dan sibuk kerja, maka kegiatan ini dilaksanakan pada hari ahad.

Sementara rutinitas tahunannya ada dua macam, yaitu bersih-bersih makam dan sungai. Biasanya, kegiatan ini dilakukan 2 kali dalam setahun, yaitu sebelum bulan ramadhan (bulan ruwah) dan bulan safar. Awalnya, kedua kegiatan ini dilaksanakan serentak pada satu hari. Namun, seiring berjalannya waktu pelaksanaan kerja bakti membersihkan makan, baru selang waktu seminggu berikutnya membersihkan sungai.

Salah satu desa yg masih menjaga budaya membersihkan sungai dapat ditemukan di Desan Lopait, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang. Jumlah sungai yang ada di Desa Lopait terbahak menjadi empat anak sungai. Oleh karena itu, tenaga untuk membersihkan sungai dibagi menjadi beberapa kelompok. Bagi warga RT 01 dan 02 (sungai Lengkong), RT 04 (sungai Lopait), RT 03 (sungai Penggung), RT 10 (sungai Mangli), RT 09 (sungai Rejoso). Selain RT tersebut, warga yang biasa datang ke sungai, biasanya akan datang untuk membantu membersihkan.

Penulis selaku mahasiswa  yg sedang melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Lapoit dapat menjadi saksi hidup bahwa masyarakat Lapoit masih konsisten menjaga tradisi orang Jawa di atas. Semangat konsistensi warga Lapoit berkobar bukan karena ingin mendapatkan keuntungan individu saja. Sebab, keuntungan sosial pun didapatkan dalam rutinitas ini. Salah satunya, hubungan emosional yang baik dengan tetangga karena  interaksi yang terjadi ketika bergotong royong membersihkan sungai.

Selain itu, air sungai juga di pakai untuk irigasi atau pengairan sawah. Manfaat air sungai atau ladang sangat terasa bagi para petani. Dalam pengairan sawah ini, ada jadwalnya tersendiri. Kalau jam 4 pagi sampai 4 sore untuk sawah yang ada di dusun Lopait. Kalau jam 4 sore sampai jam 4 pagi untuk dusun Calombo. Jadi, para petani tidak boleh mengambil jatah untuk mengairi sawah selain jam tersebut.

Tiap aliran sungai itu ada sumber-sumberan yang mengeluarkan air di tiap titik tertentu. Namun, sumber alirannya tidak sebesar yang ada di bagian paling atas, yang ada di kedung atau bilik yang sering masyarakat menyebutnya sungai ndok bacin.

Berbagai macam sampah yang menumpuk di sungai yang menjadikan penyebab penyumbatan saluran air. Mulai dari rumput liar, dedaunan pohon yang kering, baju-baju dan karung bekas, dan terutama sampah plastik. Akibat dari sampah yang menumpuk ini, saluran menjadi kelihatan kumuh dan kotor.

Sayangnya, sebagian masyarakat masih belum sadar bahaya membuang sampah sembarangan. Mereka masih belum sadar dan bersikap acuh tak acuh akan pentingnya menjaga kebersihan. Padahal, semakin banyak sampah yang menumpuk, akan menimbulkan lingkungan kumuh dan berbagai penyakit. Selain itu juga, keadaan yang kotor akan mudah menarik perhatian lalat dan nyamuk datang untuk bersarang.

Bagian dari komponen yang seharusnya melakukan ikhtiar dalam menjaga kelestarian lingkungan yaitu masyarakat. Walaupun pemerintah Desa telah melakukan berbagai upaya untuk membersihkan sampah. Namun, upaya tersebut tidak akan pernah terwujud dengan baik, apabila tidak ada kesadaran dari masyarakat.

Membersihkan sungai yang dilaksanakan 2 tahun sekali sudah bagus. Namun alangkah lebih baiknya untuk memastikan dan menjaga kebersihan sungai, maka perlu adanya peninjauan kebersihan sungai. Jika sudah kelihatan tidak baik, maka harus segera dibersihkan jangan sampai menunggu hari rutinan tahunan ini dilaksanakan.

Semua orang bisa menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan. Bisa dimulai dari diri sendiri untuk membuang sampah pada temapatnya. Walaupun dari tindakan kecil, tetapi bisa menjadi tauladan yang baik. Apalagi kalau mau mengajak orang lain dan orang tersebut mau melaksanakannya.

Harapannya, Masyarakat bisa sadar diri  untuk membuang sampah pada tempatnya dan mentaati peraturan atau pelarangan untuk membuang sampah sembarangan, terutama di sungai dan sekitarnya. Karena pada sejatinya, sampah walaupun hanya satu saja bisa menghambat kelancaran air mengalir. Wallahu’alamu bi al-Shawab. (*)

*Penulis adalah Mahasiswa Akuntasi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, saat ini tegah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata UIN Walisongo ke-73 Posko 51 di Desa Lapoit

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com