Paku Dulang Paku Serepih, Mengata Orang Dia Yang Lebih

Oleh: Drs. Mustari, H.Hum.*

(Bagian-6 Dari Yogya Untuk Dunia: Berguru Tunjuk Ajar Melayu)**

 

Adat Melayu punya pantun dua kerat untuk menyindir seseorang yang tidak bisa jadi contoh yang baik:

Paku dulang paku serepih,// mengata orang dia yang lebih.//

Tidak pantas dicontoh, tentu tidak pantas pula mewariskan tunjuk ajar kepada generasi berikutnya. Untuk melahirkan manusia bertuah sebagai cita-cita ideal, orang Melayu mewariskan tunjuk ajarnya dengan dua cara: melalui ungkapan lisan dan contoh teladan. Pewarisan melalui lisan menggunakan sarana sastra lisan seperti pantun, syair, gurindam, bidal, talibun, cerita rakyat, ungkapan, pepatah-petitih, perumpamaan, dan lain sebagainya. Sementara pewarisan melalui tauladan dilakukan dengan cara memberikan contoh, pé’él, kelaku, perangai, dan perbuatan terpuji. Oleh karenanya sebelum mewariskan tunjuk ajar, suatu kaum haruslah berkelakuan terpuji dan mengamalkan tunjuk ajarnya terlebih dahulu dengan baik dan sesempurna mungkin. Adat mengungkapan:

Sebelum mengajar,// banyaklah belajar//

Sebelum memberi contoh,// bersifatlah senonoh//

Sebelum memberikan teladan,// betulkan badan//

Sebelum menasehati orang,// nasehati diri sendiri//

Acuan ini mendorong orang Melayu untuk taat-tunjuk-ajar agar dapat mewariskannya dengan benar. Orang tua Melayu mengatakan:

Kalau contoh tidak senonoh,// yang mencontoh akan bergaduh//

Bila mengajar tidak benar,// yang diajar akan bertengkar//

Pewarisian dan cara pewarisannya adalah dua hal yang amat dipentingkan oleh orang Melayu bahkan, adat mewajibkannya. Di dalam adat disebutkan:

Petunjuk wajib ditunjukkan,// pengajaran wajib diajarkan//

Yang petunjuk dipanjangkan,// yang pengajaran dibendangkan//

Dengan tunjuk ajar,// adat berakar//

Dengan tunjuk ajar,// ilmu mengakar//

Dengan tunjuk ajar,// yang kecil jadi besar//

Dengan tunjuk ajar,// agama menjalar//

Soal pewarisan tunjuk ajar, adat Melayu mengatakan:

Apa tanda orang beriman,// tunjuk ajar ia panjangkan//

Apa tanda orang budiman,// tunjuk ajar ia turunkan//

Apa tanda orang berilmu,// mewariskan tunjuk ajar ia tahu//

Selanjutnya dikatakan:

Tanda orang beradat,// mewariskan tunjuk ajar ia ingat//

Supaya orang selamat,// tunjuk ajar diingat-ingat// diturunkan bercepat-cepat// diwariskan ketika ingat// disampaikan di mana sempat.//

Adat mewajibkan kepada setiap orang Melayu untuk mewariskan tunjuk ajarnya sedini mungkin kepada generasi penerusnya. Setidak-tidaknya menjelang anak dewasa secara fisik dan mental. Adat mengatakan:

Adat hidup berumah tangga,// tunjuk ajar sama dimamah//

Adat hidup berlaki bini,// tunjuk ajar beri memberi//

Adat hidup anak beranak,// tunjuk ajar sama dipinak//

Adat hidup berketurunan,// tunjuk ajar diturunkan//

Adat hidup besaudara mara,// tunjuk ajar pelihara memelihara//

Adat hidup bersahabat,// tunjuk ajar sama mendapat//

Adat hidup berkaum beradat,// tunjuk ajar sama diangkat//

Adat hidup berhandai tolan,// tunjuk ajar sama dipanjangkan//

Adat hidup sama sekampung,// tunjuk ajar sambung menyambung//

Adat hidup sama sebanjar,// tunjuk ajar sama mengajar//

Adat hidup sama senegeri,// tunjuk ajar sama mewarisi//

Adat hidup sama sebangsa,// tunjuk ajar sama dirasa//

Adat hidup ber-orang ramai,// tunjuk ajar sama dipakai//

Adat hidup ber-orang banyak,// tunjuk ajar sama disimak.//

Mewariskan tunjuk ajar adalah kewajiban adat. Namun sebelum mewariskannya, adat juga mewajibkan kepada setiap individu Melayu untuk memahami, mencerna, dan menghayati nilai luhur yang dikandung oleh tunjuk ajarnya. Kewajiban ini pada hakikatnya bermaksud mendorong setiap handai untuk menghayati dan mengamalkan tunjuk ajar. Dengan demikian tujuan tunjuk ajar dapat dicapai, yakni membentuk manusia bertuah (berkepribadian mulia, berilmu, dan bertakwa). Karena yang memberikan tunjuk ajar adalah manusia bertuah, tentulah nasehat, amanat, dan teladannya akan diikuti dan dituruti. Dengan demikian, tunjuk ajar dapat terwariskan dengan baik. Orang tua-tua Melayu mengatakan bahwa seseorang yang dapat memantaskan dirinya sebagai teladan yang baik sajalah, yang mampu mewariskan tunjuk ajar dengan baik pula. Orang Melayu sejak dahulu, lebih mempercayai contoh teladan dari pada nasehat verbal.

Mencontoh pada yang nampak,// meniru pada yang nyata.//

Jadi, jika Anda memberi nasihat, jangan sampai disindir oleh orang Melayu:

Paku dulang paku serepih,// mengata orang dia yang lebih.//

 

*Drs. Mustari, H.Hum.Lahir dan besar di desa Berakit, Pulau Bintan, Kepulauan Riau, dosen mata kuliah Filologi, Metodologi Penelitian Sastra, Bahasa Indonesia, dan Jurnalistik di Jurusan BSA Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

** Artikel bagian 5 bisa disimak pada https://jogjakartanews.com/baca/2020/07/06/6291/ya-kata-syarak-ya-kata-adat.

(BERSAMBUNG)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com