Gunungkidul – Udara sore di Kalurahan Nglindur, Kapanewon Girisubo, terasa berbeda dari biasanya. Iringan gamelan berpadu dengan aroma tumpeng yang baru saja ditata di pelataran balai kalurahan. Ratusan warga tampak berbaur dalam suasana penuh keakraban, menyambut pembukaan Nglindur Culture Festival 2025, sebuah perayaan budaya yang digelar dalam rangka memperingati Hari Jadi ke-110 Kalurahan Nglindur.
Dengan mengusung tema “Nglindur Nyawiji Dadi Siji”, festival ini mengandung pesan kuat tentang persatuan dan kebersamaan masyarakat dalam membangun desa. Tak hanya sekadar perayaan, tetapi juga menjadi momentum untuk meneguhkan identitas budaya dan menampilkan potensi lokal yang dimiliki masyarakat Nglindur.
Empat Hari Penuh Budaya dan Kebersamaan
Lurah Nglindur, Hanan Amshori, menjelaskan bahwa peringatan hari jadi tahun ini dikemas dalam bentuk festival budaya selama empat hari, mulai 1 hingga 4 November 2025. Selama pelaksanaan, berbagai kegiatan seni, pameran UMKM, hingga atraksi tradisi lokal akan digelar untuk menggali potensi masyarakat setempat.
“Acara ini bukan hanya peringatan hari jadi, tetapi juga wadah untuk menampilkan potensi lokal, budaya, UMKM, serta semangat gotong royong warga Nglindur. Kami ingin momentum ini menjadi perekat persaudaraan antar warga,” ujar Hanan.
Sebagai simbol usia Kalurahan Nglindur yang telah mencapai satu abad lebih satu dekade, panitia menghadirkan 110 tumpeng dengan olahan bahan yang berbeda-beda. Tradisi ini menjadi lambang rasa syukur masyarakat atas perjalanan panjang desa yang terus tumbuh dan beradaptasi dari generasi ke generasi. Setiap tumpeng dihias dengan nuansa khas pedesaan, melambangkan keberagaman namun tetap dalam satu tujuan: kebersamaan.
Apresiasi Wakil Bupati
Suasana semakin khidmat ketika Wakil Bupati Gunungkidul, Joko Parwoto, secara resmi membuka festival tersebut. Dalam sambutannya, ia menyampaikan apresiasi tinggi kepada seluruh masyarakat dan pemerintah kalurahan atas terselenggaranya acara yang sarat makna ini.
“Atas nama masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul, saya menyampaikan selamat dan turut berbahagia atas peringatan Hari Jadi ke-110 Kalurahan Nglindur. Semoga seluruh warga semakin maju, berkembang, dan mampu mewujudkan kesejahteraan bersama,” ucapnya.
Joko menilai, kegiatan seperti Nglindur Culture Festival bukan hanya ajang hiburan, melainkan juga bentuk nyata dari keteguhan masyarakat desa dalam menjaga warisan budaya serta semangat gotong royong yang menjadi fondasi kehidupan sosial di pedesaan.
Menumbuhkan Semangat Gotong Royong
Lebih lanjut, Wakil Bupati menegaskan bahwa kesejahteraan masyarakat tidak bisa diraih tanpa kerja keras dan kebersamaan. Ia mengingatkan pentingnya menjaga suasana rukun, damai, dan saling mendukung antarwarga agar pembangunan dapat berjalan berkelanjutan.
“Kita semua memahami bahwa kesejahteraan bukan hal yang mudah dicapai. Diperlukan suasana rukun, damai, dan gotong royong agar Kalurahan Nglindur terus tumbuh menjadi wilayah yang makmur dan lestari,” tambahnya.
Sebelum menutup sambutannya, Joko mengajak seluruh elemen masyarakat untuk terus bekerja sama dengan pemerintah daerah dalam mewujudkan Gunungkidul yang adil, makmur, lestari, dan berkeadaban.
“Semoga seluruh rangkaian Nglindur Culture Festival berjalan lancar, sukses, dan membawa manfaat bagi masyarakat,” tutupnya.
Merawat Warisan, Menggenggam Masa Depan
Nglindur Culture Festival bukan sekadar pesta rakyat. Lebih dari itu, ia menjadi simbol perjalanan panjang sebuah kalurahan yang tumbuh dari akar tradisi, melewati berbagai zaman, dan kini berdiri tegak dengan semangat baru.
Di tengah modernisasi dan perubahan sosial, masyarakat Nglindur membuktikan bahwa budaya dan kebersamaan tetap menjadi ruh kehidupan desa. Melalui festival ini, mereka merayakan masa lalu, menikmati masa kini, dan menatap masa depan dengan keyakinan: bahwa persatuan adalah kekuatan sejati sebuah desa. (haw)














