SLEMAN – Di era modern ini, pertunjukan sendra tari Ramayana kolosal yang melibatkan para penari profesional menjadi cukup eksklusif di Candi Prambanan. Pementasan tari tradisional tersebut menjadi ‘barang mahal’ untuk ditonton bagi masyarakat kalangan bawah. Akibatnya, generasi saat ini, terutama dari kalangan pemuda, jarang sekali yang benar-benar pernah melihat maha karya warisan leluhur bangsa tersebut secara purna.
Sebagai upaya nguri-uri budaya, Padepokan Sekar Djagat mementaskan sendratari Ramayana di Balai Desa Madurejo, Prambanan, Sleman, tadi malam (28/09/2017). Lebih dari 40 penari profesional yang biasa pentas di Ballet Sendra Tari Ramayana Candi Prambanan, terlibat dalam pertunjukan yang dihelat secara gratis untuk masyarakat tersebut.
Ketua Padepokan Sekar Djagat, Hajar Wisnu Satoto mengatakan, pertunjukan dikemas dalam tema sendra tari ‘Sengguh Ora Mingkuh’. Namun menurutnya, tarian yang dipentaskan kemarin malam tidak saja cerita tentang Roro Jonggrang yang melegenda, tetapi juga Sang Maha Wira Hanoman. Kemudian, kata dia, pertunjukan ketiga cerita perjalanannya Prabu Sewandon dalam jatuhcintanya pada putri cantik Sekartaji.
“Sendra tari ini merupakan generasi ketiga pemeran Rama di Ramayana Ballet Candi Prambanan, jadi memang cukup spesial karena biasanya dipentaskan secara eksklusif di Ballet Sendra Tari Ramayana Candi Prambanan. Nah, semalam kita persembahkan untuk masyarakat umum secara gratis” kata Totok, sapaan Hajar Wisnu Satoto, Jum’at (29/09/2017) petang.
Totok berharap, dengan pementasan gratis semalam, masyarakat bisa lebih mencintai budaya asli bangsa Indonesia, terutama untuk generasi mudanya.
“Mudah-mudahan banyak pemirsa, terutama anak muda yang terinspirasi dengan pementasan kami semalam,” pungkas Totok. (kt2)
Redaktur: Faisal