Budaya  

Kenalkan Kembali Kesenian Krumpyung

KULONPROGO – Berangkat dari kekhawatiran akan punahnya kesenian tradisional asli daerah, para penggiat budaya yang tergabung dalam kelompok kesenian Krumpyung Laras Irama dari Kokap, Kulonprogo, terus berjuang untuk menunjukan eksistensinya. Mereka terus berupaya mengenalkan kembali musik krumpyung, sebuah gamelan perkusi dari bambu asli Kulon Progo,yang mampu menjadi musik pengiring beragam seni pertunjukan yang ada.

Menurut ketua kelompok kesenian Krumpyung Laras Irama Sujarwanto, Krumpyung merupakan seni musik tradisional khas Kulonprogo. Menurutnya keunikan dari krumpyung ini adalah nada yang digunakan merupakan laras slendro dan pelog menyerupai gamelan Jawa. Bedanya, kata dia, dalam Krumpyung, untuk membunyikan gong dengan cara ditiup sekaligus dipukul.

“Biasanya lagu-lagu yang dibawakan adalah langgam jawa, uyon-uyon ataupun campur sari. Saat ini alat musik Krumpyung yang semuanya terbuat dari bambu banyak diminati para pecinta alat musik tradisional atau para kolektor dari berbagai daerah,” ungkapnya.

Kesenian ini , lanjut Sujarwanto, terinspirasi oleh pembuatan alat musik krumpyung oleh bapak Sumitro dari Dusun Tegiri II, Desa Hargowilis, Kokap, Kulonprogo. Semula dirinya membuat seperangkat alat musik tradisional angklung berbahan bambu atas permintaan putranya yang tunanetra, Purbadi.

“Kami ingin mengenalkan kepada masyarakat luas, kalau kesenian ini adalah kesenian asli Kulonprogo berupa perkusi dari bamboo yang mampu menjadi pengiring beragam seni pertunjukan yang ada,”paparnya.

Sementara Kepala Bidang Kebudayaan Disbudparpora Kulonprogo Joko Mursito mengatakan, Krumpyung adalah sebuah seni tradisional yang unik dan perlu untuk dilestarikan. Diharapkan, kesenian tersebut mampu kembali meningkatkan gairah masyarakat kepada kesenian tradisional daerah. Pihaknya sendiri akan serius untuk melakukan pembinaan dan mengembangkan kesenian, khususnya yang dimiliki oleh masing- masing kelompok kesenian di Kulonprogo.

“Saat ini kami mempunyai program berupa festival yang sekaligus menjadi media untuk mengenalkan kesenian serta wadah untuk mengembangkan kreatifitas dan inovasi. Melalui media ini, kita juga ingin mengangkat kembali kesenian-kesenian yang hampir punah,” pungkasnya. (oging)

Redaktur: Azwar Anas

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com