Menpora Harus Belajar Pada Kasus FIFA, Tangkap Dulu Mafianya Baru Berbica Pembenahan PSSI

YOGYAKARTA – Insiden penangkapan terhadap para pejabat petinggi FIFA belakangan seoalah dijadikan dasar pijakan Kemenpora untuk terus tetap pada keputusan pembekuan terhadap PSSI, atau setidak-tidaknya tetap pada keputusan untuk terus mengintervensi PSSI sebagai lembaga yang dianggap gagal mengelola sepakbola di Indonesia.

Namun, sejatinya ada perbedaan dari kasus yang menimpa PSSI dan FIFA. Jika langkah pembenahan FIFA dilakukan dengan lebih dulu menangkap mafia-mafia yang terbukti melakukan tindakan melawan hukum, pembenahan di PSSI justru dilakukan dengan membekukan lembaga tersebut tanpa mau lebih dulu membuktikan ‘dosa-dosa’ dan mafia-mafia yang dianggap merusak PSSI. Indonesia dalam hal ini Menpora, lebih mengandalkan superioritas kekuasaan dibandingkan dengan bersusah payah menempuh jalur hukum. Langkah praktis yang justru melahirkan banyak gejolak pro kontra dibanding dengan reaksi terhadap FIFA justru lebih banyak yang mendukung terhadap pembenahan di tubuh FIFA.

“Menpora harus mau belajar dari FIFA, tankap dulu mafia-mafianya, baru benahi struktur organisasinya. Lihat reaksi masyarakat bola dunia saat ini, mayoritas bahkan mendukung pembenahan di tubuh FIFA dan menuntut Sep Blatter mundur. Beda dengan kasus PSSI, masih banyak yang dukung PSSI, karena Menpora kelihatannya sewenang-wenang dan hingga saat ini belum mampu membuktikan keboborokan PSSI selain hanya berdasarkan asumsi-asumsi, dari tolak ukur prestasi lah, sepakbola gajah lah, itu kan tidak cukup,” pungkas pengamat bola dari Jogja Soccer Nation Hermawan F. Wahyudi.

Menurut Hermawan, sebaiknya sejak saat ini Menpora mulai fokus untuk melakukan penyelidikan, mulai menempuh upaya-upaya hukum untuk menjerat mafia-mafi di PSSI supaya tidak ada kesan kudeta sewenang-wenang di PSSI. Sebab menurutnya, tak ada jaminan orang-orang pilihan Menpora nantinya di PSSI yang baru terbebas dari mafia. “Mafia bisa masuk darimana saja termasuk ke orang-orang pilihan Menpora nanti. Menpora hanya perlu membuktikan untuk membuat dukungan masyarakat 100 persen untuk Menpora,” sarannya. (Bah)
Redaktur: Syarifuddin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com