Membumikan Cinta Al Quran: Memperingati Nuzunul Quran

Oleh: Mukharom*

Al Qur’an turun pada bulan suci Ramadhan, tepatnya pada malam jum’at, tahun ke 41 dari kelahiran rasulullah, sesuai dengan firman Allah Swt pada Surat al Baqarah Ayat 185 yang artinya ”Ramadhan yyang padanya diturunkan Al Qur’an, menjadi petunjuk bagi sekalian semua, dan menjadi keterangan yang menjelaskan petunjuk serta menjelaskan perbedaan antara yang benar dan yang salah”.

Al Qur’an sebagai pedoman hidup manusia yang memiliki duan dimensi yaitu dimensi dunia dan dimensi akhirat. Sehingga pada bulan suci ini banyak dimanfaatkan untuk mengkaji Al Qur’an, tujuannya adalah untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Perlu kita ketahui bahwa Al Qur’an turun dua kali. Pertama, Al Qur’an turun sekaligus yaitu 30 Juz ke langit dunia disebut Baitul Ma’mur. Kedua, Al Qur’an turun secara bertahap ke bumi kepada Nabi Muhammad Saw di mulai pada tanggal 17 Ramadhan, yang sering kita periingati sebagai Nuzulul Qur’an, bulan turunnya Al Qur’an. Dengan turunnya Al Qur’an mengisaratkan bahwa petunjuk Allah untuk hidup dijalan yang lurus, karena Al Qur’an merupakan pedoman hidup manusia untuk, baik kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat. Oleh karena itu, Al Qur’an selain kita baca juga harus kita pelajari dengan berbagai disiplin ilmu, tujuannya memperjelas maksud dan kandungan di dalam kitab suci untuk ditidaklanjuti pada kehidupan sehari-hari.

Di dalam Al Qur’an Surat Al Baqarah Ayat 2 yang artinya “Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan di dalamnya, petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa”. Sebagai insan yang beriman, percaya tehadap kitab Allah merupakan kewajiban, sebagaimana tergambar pada rukun iman. Oleh karena itu, kita tidak perlu ragu atas kebenaran teks Al Qur’an. Prinsip hidup di dunia, seperti aqidah, ibadah, perekonomian, perpolitikan, tatanan sosial, kerumahtanggaan, sains, teknologi dan lain sebagainya sudah ada dalam kitab suci ummat Islam, termasuk di dalamnya bercerita tentang kisah-kisah yang dijadikan sebagai bahan pelajaran untuk diambil hikmahnya.

Nuzulul Qur’an merupakan sebuah peristiwa di mana Allah menurunkan wahyu yang pertama kepada Rasulullah Muhammad Saw, Surat Al Alaq Ayat 1-5 turun saat Nabi berada di Gua Hira melalui perantara Malaikat Jibril. Al Qur’an turun secara bertahap dalam kurun waktu 22 hari, 2 bulan, 22 tahun, dan Al Qur’an yang terdiri dari 114 Surat, 6666 Ayat, merupakan mukjizat. Al Qur’an memberi pesan kepada seluruh ummat manusia di seluruh di dunia. Pertama, ajaran Tauhid di mana hanya Allah yang wajib disembah. Kedua, Al Qur’an merupakan pedoman hidup, petunjuk, keselamatan dunia dan akhirat yang harus dipegang teguh oleh manusia. Ketiga, Al Qur’an merupakan sumber dari segala sumber hukum (syariat) sangat berlimpah dengan ilmu pengetahuan dan terpelihara kemurniannya hingga akhir zaman. Oleh sebab itu, Al Qur’an patut kita jaga dan hayati dengan senantiasa membuka mushaf, membaca, mempelajari dan mengaplikasikan dalam kehidupan.   

Seiring perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat dengan berbagai program aplikasi di dalamnya memudahkan manusia mengakses informasi, termasuk dalam konteks perkembangan penggunaan kitab suci secara fisik, keberadaan smartphone yang telah tersedia aplikasi format Al Qur’an digital menggeser penggunaan kitab suci secara fisik, kemudahan tersebut seharusnya dimanfaatkan dengan baik untuk membaca, mengkaji, dengan berbagai bidang ilmu pengetahuan dan harus dengan didampingi pakar Al Qur’an sehingga tidak sesat pikir, karena ada yang meluruskan ketika salah dalam memaknai Al Qur’an. Pertanyaannya sudahkah kita memaksimalkan kemudahan teknologi dengan membuka aplikasi Al Qur’an atau lebih banyak membuka media sosial.

Al Qur’an berlaku bagi manusia, pada masa lalu yaitu sejarah Nabi, berlaku pada masa modern saat ini dan mberlaku pada masa yang akan datang yang memiliki peradaban lebih maju. Kuncinya adalah pemahaman yang harus tajam dalam mengkajinya, karena di dalamnya terdapat Ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat kita jadikan sebagai sumber motivasi, inspirasi dalam berbagai rekayasa, baik genetika, sosial maupun teknik. Generasi qu’ani menjadi harapan setiap bangsa yang dapat menggali makna di setiap ayat-ayat kauniyah yang dapat diterjemahkan dalam bentuk iptek yang sejatinya memberikan manfaat bagi ummat manusia. Hal ini harus di mulai dari sekarang, dengan mengenalkan Al Qur’an mulai dari anak yang masih di dalam kandungan, mengajarkannya, mempelajarinya, serta mengamalkannya sesuai dengan perkembangan zaman, dengan Al Qur’an perjalanan hidup akan lurus karena kita memiliki guide book ( Buku Panduan) sehingga tidak akan tersesat dalam mengarungi perjalanan hidup di dunia, bahkan di akhirat kelak. Semoga kita dapat istiqamah berpegang pada Al Qur’an dan masuk ke dalam golongan yang cinta Al Qur’an. (*)

*Dosen Fakultas Hukum Universitas Semarang (USM) dan Mahsiswa Program Doktor Ilmu Hukum (PDIH) Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang

 

   

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com